Wanita Ternyata Juga Suka Pornografi

Pria ternyata memang tidak memikirkan seks setiap tujuh detik, namun tetap saja tidak bisa disangkal kalau kebutuhan syahwat mereka akhirnya menjadi bahan bakar terbaharukan bagi bisnis hiburan erotis yang kini sudah merambah ke berbagai pelosok terpencil dunia. Misalnya, Playboy Inc., salah satu perusahaan terbesar di bidang ini, pada tahun 2005 mampu mendapat pemasukan lebih dari 300 juta dolar AS. Ditotal-total, pada tahun 2003 penduduk AS saja bahkan diperkirakan telah menghabiskan 8 sampai 10 milyar dolar AS untuk dapat menikmati pornografi!

Lalu bagaimana dengan wanita? Makhluk halus yang satu ini kerap diposisikan sebagai obyek atau korban dalam industri esek-esek ini. Memang bukan berarti tak ada perkecualian; putri Hugh Hefner misalnya, kini menjadi penerus perusahaan berlogo kelinci putih yang dulu dirintis ayahnya. Namun secara umum, wanita di permukaannya terlihat cukup alim dalam masalah pornografi. Mungkinkah sebenarnya, jauh di dasar lubuk hatinya, mereka sebenarnya juga menyukainya?

Sinyal Otak tak Bisa Menipu

Ketika menjadi subyek penelitian, seseorang bisa saja –sadar atau tidak sadar– ‘memoles’ jawabannya agar terlihat bagus (seperti yang sering kita lakukan ketika ujian PPKn (atau PMP di zaman dulu)). Kasus semacam ini khususnya tampak ketika hal yang ingin diteliti sifatnya sangat tabu untuk dibicarakan dengan orang lain, seperti masalah pornografi ini. Salah satu cara untuk menanggulanginya adalah dengan ‘bertanya’ langsung ke otak kita. Prinsip dasarnya: kita bisa menyaring dan mengendalikan apa yang kita katakan, tuliskan, atau lakukan, namun kita tak bisa berbuat apa-apa terhadap apa yang kita pikirkan atau rasakan. Hal itulah yang dilakukan Andrey Anokhin dkk. dari Washington University School of Medicine, seperti yang dilaporkan oleh LiveScience.com.

Terhadap 264 wanita sebagai subyek, Anokhin menempelkan EEG (Elektroensefalograf) ke kepala mereka, yaitu sejenis alat pemindai otak yang ketepatan pengukuran waktunya sangat tinggi. Lalu mereka dihadapkan pada 55 gambar, dari yang sifatnya netral, yang membuat mual, sampai yang sangat sensual. Elektroda EEG yang ditempelkan di kulit kepala mereka akan menangkap sinyal elektris yang ditimbulkan oleh bagian otak yang sedang aktif ketika melihat gambar tertentu, dan mesin EEG kemudian akan mencatat grafiknya dalam selembar kertas.

Hasilnya ternyata tidak persis seperti yang diduga. Semula Anokhin memperkirakan bahwa respon yang lebih cepat dan kuat akan terjadi ketika subyek melihat gambar-gambar yang membangkitkan emosi (tidak spesifik pada gambar sensual saja), misalnya gambar yang menyenangkan atau yang menakutkan. Ia juga menduga bahwa, kalaupun wanita berespon lebih kuat terhadap gambar sensual, responnya tidak akan sekuat respon pria. Namun, apa yang mereka temukan? Ternyata, para wanita yang menjadi subyek merespon gambar-gambar yang bersifat sensual lebih cepat 20 persen dibandingkan gambar-gambar lainnya, Hanya dalam waktu 160 milidetik (0,16 detik), neuron-neuron dalam otak sudah mulai memancarkan sinyal elektris, jauh sebelum subyek sadar akan apa yang ia lihat. Terlebih lagi, kekuatan respon mereka bisa disetarakan dengan kekuatan respon pria yang telah diketahui dari hasil penelitian-penelitan sebelumnya.

Juga Dipengaruhi Hormon

Sebuah penelitian lain mengenai gambar-gambar telanjang juga menemukan hasil yang cukup berbeda dengan anggapan masyarakat selama ini. Heather Rupp dkk. dari Kinsey Institute di Indiana University menggunakan alat yang disebut eye-tracker untuk mendeteksi pergerakan fokus pengelihatan seseorang ketika matanya ‘menyapu’ sebuah gambar. Dari eksperimen yang dilakukan terhadap subyek pria dan wanita, ditemukan bahwa dibandingkan pria, wanita menghabiskan waktu lebih lama ketika melihat gambar pasangan yang berhubungan seks.

Temuan lain yang cukup menarik dari penelitian ini adalah bagian apa dari sebuah gambar seksual yang pertama kali menarik perhatian subyek. Bagian wajah rupanya menjadi hal pertama yang lebih diperhatikan oleh para subyek laki-laki dibandingkan bagian tubuh telanjang yang lain. Di sisi lain, apa yang diperhatikan wanita ternyata tergantung dari keadaan hormon mereka saat itu. Wanita pengguna alat kontrasepsi yang mempengaruhi hormonnya akan lebih memperhatikan bagian kelamin, sementara mereka yang tidak menggunakannya akan lebih memperhatikan elemen kontekstual dari gambar tersebut.

Sumber:
Women’s Brains React Surprisingly Fast to Erotic Images – LiveScience
Study: In Nude Photos, Men Look At Faces First – LiveScience

Related Posts by Tags



No comments:

Post a Comment