Kepribadian Dapat Berubah

Baik hati, cerewet, lemah lembut, hangat, agresif, jujur, sabar, optimis merupakan kata sifat yang sering digunakan untuk menggambarkan kepribadian seseorang. Begitu juga konsep ekstrover/introver, emosi stabil/labil, locus of control internal/eksternal, konsep diri positif/negatif, dsb.

Kepribadian seseorang juga digambarkan berdasarkan profil motif (kebutuhan-kebutuhan), minat, nilai hidup, dsb. Pendek kata, banyak sekali hal yang dapat dideskripsikan untuk mewakili kepribadian seseorang.

Banyak orang berpikir bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang cukup stabil, tidak berubah-ubah. Orang yang keras kepala selamanya akan keras kepala. Orang yang cerewet selamanya akan cerewet. Orang yang lemah lembut selamanya akan lemah lembut.

Bila kita beberapa kali menghadapi perilaku rekan atau keluarga, kalau itu menyenangkan, kita segera menunjuk sifat baik orang itu. ”Memang orangnya baik, kooperatif”; ”Kamu orang yang optimistis” misalnya. Informasi mengenai perilaku yang bertentangan dengan sifat yang kita yakini, cenderung tidak kita percaya.

Sebaliknya, bila kita menghadapi kesulitan dalam menanggapi perilaku orang lain, kata-kata sifat negatif sering telontar, seperti ”Dasar keras kepala”, ”Dasar pembohong”, misalnya. Kadang ditambah lagi dengan ungkapan: ”Dasar sudah watak. Watak memang lebih sulit disembuhkan daripada watuk (batuk)”, misalnya.

Benarkah kepribadian merupakan sesuatu yang menetap, tidak dapat berubah? Keyakinan mengenai hal ini menentukan optimisme seseorang yang berkehendak untuk memengaruhi kepribadian orang lain.

Bila kepribadian diyakini sebagai sesuatu yang stabil (tidak dapat berubah), kita menjadi pesismis untuk dapat mengembangkan kepribadian. Berharap pun mungkin kita tidak mau. Lebih buruk lagi bila kita menutup diri untuk mengalami perkembangan dan perubahan kepribadian.

Definisi
Kepribadian secara umum diartikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang menentukan pola perilakunya. Feist & Feist (2002) dalam bukunya Theories of Personality menjelaskan bahwa secara spesifik kepribadian terdiri dari sifat-sifat atau disposisi-disposisi yang mengakibatkan perbedaan individu dalam perilaku.

Sifat-sifat seseorang itu mungkin sama-sama dimiliki dalam satu kelompok (keluarga, masyarakat), tetapi polanya antara individu berbeda. Jadi, tiap-tiap orang memiliki kepribadian yang unik.

Di dalam Psikologi, definisi kepribadian yang paling sering disebut adalah definisi yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport. Psikolog yang meraih gelar doktor dari Harvard University dalam usia 24 tahun ini merangkum 49 definisi kepribadian dari berbagai sumber dan mengusulkan definisi yang cukup komprehensif.
Mula-mula (tahun 1937) ia mendefinisikan kepribadian sebagai ”organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.”

Tahun 1961 ia merevisi dengan mengubah frase terakhir menjadi ”yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.” Jadi, kepribadian adalah organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.
Seperti yang dikisahkan Feist & Feist, Allport memilih tiap frase dalam definisinya secara hati-hati, sehingga benar-benar menyatakan apa yang ingin ia katakan.

Istilah ”organisasi dinamis” menunjukkan suatu integrasi atau saling keterkaitan dari berbagai aspek kepribadian. Kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola. Bagaimanapun, kepribadian bukan suatu organisasi yang statis; melainkan secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Istilah ”psikofisik” menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari kepribadian. Kata ”menentukan” dalam definisi kepribadian menunjukkan bahwa kepribadian ”merupakan sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng yang secara tetap dikenakan seseorang; dan juga bukan perilaku sederhana. Kepribadian menunjuk orang di balik permukaannya; atau organisme di balik tindakannya.

Dengan kata ”karakteristik” Allport ingin menunjukkan sesuatu yang unik atau individual. Kepribadian seseorang bersifat unik, tidak dapat diduplikasi (ditiru) oleh siapa pun. Kata ”perilaku dan pikiran” secara sederhana menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, baik perilaku internal (pikiran-pikiran) maupun perilaku-perilaku eksternal seperti berkata-kata atau tindakan.

Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Relatif Stabil
Meskipun mengalami perubahan, kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil. Hal ini sesuai penjelasan Allport bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola.

Feist & Feist menyatakan, kepribadian adalah konsistensi perilaku sepanjang waktu, dan konsistensi perilaku dalam berbagai situasi. Mereka melihat kepribadian sebagai pola, dan kurang memperhatikannya sebagai sesuatu yang dinamis, yang dapat tumbuh dan berubah.

Pandangan orang secara umum mengenai kepribadian sebagai sesuatu yang ajek, konsisten, dan tidak berubah, tidak sepenuhnya salah. Namun, perlu diingat bahwa keadaan yang relatif stabil itu juga mengalami pertumbuhan dan perubahan.

Pola perilaku yang relatif konsisten tampak dalam diri seseorang merupakan hasil integrasi dari berbagai aspek psikologis dan fisik (biologis). Faktor genetik merupakan bagian dari aspek yang menentukan kepribadian. Jelas ini merupakan sesuatu yang melekat dalam diri individu.

Kapan seseorang lahir, meskipun secara ilmiah belum diketahui bagaimana hal itu memengaruhi sifatnya, mungkin benar memiliki pengaruh terhadap kepribadian. Hal lain yang menyumbang keadaan relatif stabil pada kepribadian adalah lingkungan fisik yang tidak berubah, sehingga menghadirkan pola respon yang sama. Lingkungan sosial sama, yang memberikan respon relatif ajek kepada seseorang, juga menghasilkan pola respon balik yang ajek juga.

Bahwa lingkungan sosial yang sama ikut menentukan keajekan, perilaku seseorang dapat dilihat pada pola perilaku suku terasing yang cenderung sama. Bila dalam masyarakat itu mengizinkan perilaku agresif (misalnya perang antarsuku), mereka cenderung mengembangkan kepribadian yang agresif.

Namun, bila secara konsisten tidak mengizinkan perilaku agresif, misalnya suku Badui, Tengger, dsb, anggota masyarakat di dalamnya sama sekali tidak mengembangkan kepribadian agresif.

Kepribadian dan Situasi
Seperti kesimpulan Feist & Feist, kepribadian adalah konsistensi perilaku dalam berbagai situasi. Meski demikian, bukan berarti perilaku yang berbeda dari kebiasaan bukan bagian dari kepribadian orang tersebut.
Seorang dosen yang selalu sabar, hangat, suatu saat mengejutkan mahasiswanya ketika ia marah besar menghadapi gerombolan mahasiswa yang datang terlambat berturut-turut. Mereka mungkin mengira dosen penyabar itu tak akan marah. Mereka mungkin berpikir, ”Kok bisa menjadi segalak itu? Pasti sedang stres”.

Mereka mungkin tidak berpikir ”galak” sebagai bagian dari kepribadian dosennya. Mereka tidak mengira dosen itu menyimpan nilai kedisiplinan dan tanggung jawab sangat tinggi, dengan mengutamakan keteladanan.
Dibalut sifat yang hangat, nilai-nilai itu tidak biasa dimunculkan dalam bentuk keras. Namun, ketika berkembang situasi yang bertentangan dengan nilai yang dipegangya, kemarahannya meledak.

Pada dasarnya kepribadian adalah kompleks. Orang hanya menangkap kesan yang tampak mengenai kepribadian. Kepribadian seseorang kadang digambarkan hanya dengan beberapa kata sifat, bahkan satu tipe: machiavelian; killer; penyabar, dsb. Padahal, seperti kata Allport, ada berbagai aspek dalam kepribadian.

Selain strukturnya yang kompleks, perwujudan kepribadian dalam perilaku juga bergantung pada situasi yang dihadapi.

Pertumbuhan Kepribadian
Bahwa kepribadian dapat bertumbuh, dengan jelas digambarkan dalam teori-teori kepribadian yang berorientasi pada pertumbuhan. Salah satunya menggambarkan pertumbuhan kepribadian secara bertahap, yaitu teori Hierarki Kebutuhan Maslow.

Menurut Maslow, pada dasarnya kita terdorong untuk mengaktualisasi diri. Kepribadian orang yang telah mengaktualisasi diri berkembang sangat khas, lengkap dengan spiritualitas yang juga berkembang. Kita dapat mencapainya setelah melampaui tahap sebelumnya.
Siapa bilang kepribadian itu tidak dapat berubah?


Sumber: Berbagai Sumber

Related Posts by Tags



No comments:

Post a Comment